Laman:Kesah pelajaran Abdoellah.pdf/15

Laman ini telah dibaca pruf
11

itoe maka berlajarlah poela, ada kira-kira sepoeloeh minoet lamanja, poetoeslah tembirang lagi sekali, poetoes besi itoe. Kemoedijan ditambat-tambat berlajar djoega dengan angin timoer laoet, maka sampailah ka poelau Setjewer di tandjoeng Gadjah. Maka matilah angin itoe, toeroenlah oetara angin sakal, maka berhentilah di sitoe hendak mengambil ajar. Maka tijadalah dapat ajar pada tempat itoe. Maka adalah kira-kira poekoel ampat petang kaloe- warlah hendak berlajar. Maka angin oetarapon terlaloe kentjang, tijada boleh memboeka mata. Maka berlaboehlah poela di sitoe, lagipon ajar pasang, haroesnja terlaloe deras. Maka berlaboehlah malam itoe, maka tijada tertahan rasanja perahoe itoe, dihempasken gelombang oetara. Maka pada malam itoe bermoewafakatlah sahaja sekalijan bersama - sama, sebab angin terlaloe keras. Bagaimana akal kita?

Maka kata baba Ko An: „Marilah, kita kombali ka Sølat.” Maka djawab segala anak-anak perahoe: „Sahaja semoe-wanja tijada maoe, bijarlah mati dalam laoet ini, karena tjoema-tjoemakah lelah sahaja semoewanja lima anam hari ini! Kalau balik barangkali baba Boen Tijoeng tijada mem-bajar oepahnja."

Maka dari sebab dlaroerah moewafakat sahaja jang bertiga sambil berkata kapada orang orang peraboe itoe: „Djangan entji-entji takoet, djikalau tijada baba Boen Tijoeng membajar oepah itoe, sahaja jang bertiga nanti bajar lima belas ringgit.'"

Kemoedijan moewafakatlah marika itoe sama sendirinja, maka djawabnja: „Nantilah kita lihat angin ini, sampai esok bolehlah kita balik."