Syair Raden Menteri dan Kani Tambuhan
- Serta terpandang taman angsuka * baharulah hati baginda nan suka
Hairan melihat kuntum di taman * serindit pun datang berteguran
Raden pun segera mengambil sumpitan * menyumpit burung yang kelihatan
Hingga segenap pohon rambutan * terbangnya datang berlompatan
- Setengah di pohon nagasari * terbanglah ia pergi mari
Selaku men[d]engarkan Raden Menteri * itupu[n] berjalan meng[h]ampiri
- Olehnya Raden lalu disumpit * kena seekor burung serindit
Jatuh ke pohon cempaka berapat * ke dalam pagar kota yang berikat
- Burung pun jatuh dengan perlahan * hinggap di tenun Kani Tambuhan
Berdatang sembah Kani Tadahan * tunggu jawab tangkap perlahan
- Seperti disuruh orang ke mari * serindit nan datang menyera[h]kan diri
Kani Tambuhan bangkit seraya berdiri * hendak ditangkap burung pun lari
- Raden bertitah kepada Wira Dandani * kakak wai ke mana burung nan tadi
Hendaklah tangkap bawa ke mari * Wira Dandani menyembah lalu pergi
Jikalau ke dalam kota yang tinggi * betapalah tipu bicara lagi
- Berjalanlah ia pergi seorang * lantas ke pintu berkerubang
Ditentangnya dari celah lubang * dilihatnya burung adalah terbang
- Raden pun segera pergi ke situ * menengok kepada kota batu
Katanya kekanda siapakah itu * lakunya seperti anak peratu
- Serta terpandang hatinya berdebar * lakunya tidak lagi tersabar
Hairan tercengang tiada terkata * lalilah dengan pemandangan mata
- Wira Dandani tersenyum manis gemar (gemuruh?) rasanya * tahulah akan hati taulannya
Dilihatnya Raden hairan tercengang * berdatang sembah dari belakang
Pengiranya wai baik berangkat pulang * janganlah memandang kepada anak orang
- Patik nan sudah mendengar warta * puteri tawanan konon semata
Janganlah kiranya tuanku hampiri * karena dikawal Paduka Suri
Jikalau sudah tuanku beristeri * masakan tidak baginda beri
Raden bertitah durja berseri * tidaklah aku mahu kembali
Penungku pintu suruh ke mari * aku nan hendak bertaruh sendiri
Wira dandani menyembah lalu pergi * katanya paman segeralah mari
Titah dipanggil Raden Menteri * ia pun takut datang berlari
- Serta datang duduk menyembah * menundukkan kepala lalu ke tanah
Raden tersenyum seraya bertitah * paman wai buka pintu kota
Berdatang sembah penunggu pintu * patik nan takut dilarangkan Ratu
Disuruh kawali kota batu * seorang pun jangan diberi ke situ
Raden bertitah dengan murka * merah padam warnanya muka
Hendaklah segera engkau buka * aku nan masuk seorang juga
Jikalau tak mahu engkau sanggah * sekarang kucincang kepalamu luluh
Penunggu pintu terlalu takut * tubuhnya gentar tulang gemertak
Sepatah pun tidak dia menyahut * kancing pintu segera dipahat
Dibukanya pintu oleh si paman * baharulah hati baginda nyaman
Melangkah masuk ke dalam taman * di luar pintu ditinggalkan teman
Tatkala masuk Raden Menteri * dilihat oleh sekelian puteri
Sekeliannya itu habislah lari * tinggallah Kani Tambuhan seorang diri
Raden pun datang dari belakang * dicapainya torak tangan dipegang
Kani Tambuhan terkejut serta memandang * di dalam hatinya siapalah orang
Hendaklah lari ke balik kota * Raden tersenyum manis berkata
Aduh emasku bidadari * ke mana tuan hendak lari
Cahaya mata wajah berseri * jiwaku jangan takut dan ngeri
Sebab pun kekanda datang ke mari * hendak bertanya tuan sendiri
Di manakah tempat desa negeri * betapa hal tuan ke mari
Ya wai apa namanya tuan * kain nan apa nama tenunan
Menangis tunduk Kani Tambuhan * hatinya gundah tidak berketahuan
Berdatang sembah nyaman perlahan * suaranya manis memberi rawan
Namanya patik Kani Tambuhan * kerinsing wayang nama tenunan
Dititahkan oleh Paduka Suri * sekelian bertenun sehari-hari
Akan pati nan tuanku beristeri * ke Banjar Kulan meminang puteri
Raden menyahut sambil tertawa * ke Banjar Kulan tidaklah sahaya
Dipeluknya leher seraya dibujuk * tuanlah nyawa durja yang elok
Tuanku seperti bidadari * hilang di mana kekanda cahari
Dicium oleh Raden Menteri * ia pun menangis meng[h]empaskan diri
Pada fikir segala perputeri * pada rasanya terlalu ngeri
Sebab perbuatan Raden Menteri * murkalah kelak Permaisuri
- Lalu bertitah Permaisuri * pelebaya panggil ia ke mari
Pelebaya pun datang meng[h]ampiri * lalu bersabda baginda sendiri
- Bawa olehmu si Tambuhan * buangkan ia ke dalam hutan
Ia berkata perlahan-lahan * padamkan jangan diberi kelihatan
- Seperti pasanku jangan berubah * pelebaya pun undur lalu menyembah
Segala yang mengadap hatinya berdebar * mukanya pucat tubuhnya gementar
- Fikirlah ia di dalam hati * Permaisuri ini jahat pekerti
Budinya najis seperti syaitan * marahnya tidak dapat ditahan
Segala perputeri belas kasihan * melihat laku Kani Tambuhan
- Bertitah pula Permaisuri * bawa si Tambuhan segera pergi
Jikalau mendapatkan anak Menteri * suruhkan anakku bangat ke mari
- Lalulah bangkit Kani Tambuhan * turun berjalan perlahan-lahan
Diiringkan penglipur Kani Tadahan * pelebaya berjalan dari hadapan
Memandang laku dia berjalan * seperti bulan dirapat awan
- Tatkala bulan purnama raya * mangkin ditontong mangkin bercahaya
Segala yang melihat terlalu sayang * Kani Tambuhan tidak menoleh ke belakang
- Setelah sampai ke luar pintu * tersandar sedikit kaki di situ
Berfikirlah ia di dalam hatinya * sudahlah sampai gerangan janjinya
Terkenangkan kasih suaminya * lalu bersedar akan dirinya
- Tiadalah rupanya aku bertemu * dengan kekanda Raden Inu
Air matanya juga bercucuran * temannya kedua terlalu kasihan
Pelebaya berkata pada Kani Tambuhan * bangat sedikit tuanku berjalan
Masuk ke hutan perburuan * supaya segera bertemu tuan
- Setelah sampai ke tepi sungai * pantainya indah terlalu permai
Letih lesu badannya lalai * pada penglipur kedua tangan menyapai
- Hatinya sangat bersayu-sayu * seperti dengung dipuput bayu
Berhenti seketika di bawah pohon * rasanya tidak lagi terjalan
Pelebaya berkata kepada perempuan * gagahi apalah perlahan-lahan
Sedikit lagi melalui hutan * bertemulah tempat perburuan
- Kani Tambuhan berjalan pula * serta digagahi kaki dihela
Mendengarkan bunyi burung baldu * makin bertambah hatinya pilu
Terkenangkan kata Raden Inu * tatkala membujuk sambil beradu
- Ada suatu batu yang rata * terhampar rupanya seperti kota
Pelebaya berpaling seraya berkata * di sinilah tuanku perhentian kita
- Naiklah duduk Kani Tambuhan * berjuntai kaki dengan kelelahan
Kata penglipur Kani Tadahan * perasaan patik sangat bersalahan
Tempat nan semak tiada berketahuan * tiada bekas orang berjalan
Bertambah gundah hati Kani Tambuhan * jejam durja berhamburan
- Suatu pun tidak apa katanya * hanya juga menyapu air matanya
Lalu menangis kedua hambanya * hilanglah akal budi bicaranya
- Kani Tambuhan berkata sambil berdiri * paman wai mengapa kita ke mari
Karena sudah tinggi hari * jauhkah lagi Raden Menteri
- Pelebaya menyahut perlahan-lahan * di sinilah tuanku perhentian
Patik dititahkan Ratu Perempuan * membawa tuanku ke dalam hutan
- Disuruh bunuh oleh Permaisuri * karena duduk dengan Raden Menteri
Ke Banjar Kulan meminang puteri * kalau tak mahu Raden beristeri
- Mendengar kata Kani Tambuhan * pelebaya sangat belas dan kasihan
Berdatang sembah dengan perlahan * tuanku ampuni barang kesalahan
Apatah daya patik nan tuan * takut disumpahi Ratu Perempuan
Hari ini juga disuruh padamkan * tidaklah dapat patik salahkan
- Jika bertemu dengan kakak Menteri * sampaikan sembah ke bawah Duli
Selamat sempurna tuanku beristeri * kekallah tuanku di dalam negeri
- Setelah didengar Kani Tadahan * segala pasan Kani Tambuhan
Hatinya belas sangatlah kasihan * menangis tunduk di atas ribaan
Air matanya juga berhamburan * basahlah kain Kani Tambuhan
- Dari kecil patik pelihara * tatkala di dalam Negeri Tanjung Pura
Sedikit tidak diberi cedera * sama-sama merasai sengsara
- Niatnya patik dari selama * hendaklah mati bersama-sama
Mangkin dikenang bertambah pilu * hancur luluh rasa hatiku
Paman wai bunuh beta dahulu * tiada terpandang hal tuanku
- Bertitah pula Raden Puteri * kerjakan titah Permaisuri
Mendengar kata demikian ini * pelebaya terlalu amat sayangi
- Tiada akan bunuh pada perasaan * meng[h]unus keris lalu disarungkan
Keris simpan matanya panjang * ditikamnya dada terus ke belakang
- Merasai tikam Kani Tambuhan * rebahlah ia perlahan-lahan